Hierarki beberapa jenis tujuan berupa Objectives,
Goals, dan Mission yang ada dalam literatur asesmen (sumber: UCONN Education)
Perbedaan mendasar pada Outcomes, Goals dan Mission (sumber: UCONN Education)
Ketercapaian tujuan hanya dapat diukur jika memang memungkinkan untuk
dapat diukur (measurable) Hal
mendasar inilah yang menjadi perbedaan cara menggunakan istilah tujuan yang
benar.
Contoh kelemahan spesifikasi penggunaan istilah Goals dalam merumuskan tujuan (adaptasi
dari UCONN Education)
Dalam banyak hal istilah Goals terlalu luas dan abstrak dalam mengukur hasil ketercapaian
tujuan, maka dirasa sangat penting jika kita dapat mengubah bahasa Goals menjadi sejumlah tujuan belajar
konkrit siswa yang dapat diukur, yaitu Objectives
Outcome. Dalam bidang pendidikan khususnya, kita akan menggunakan istilah objective (tujuan) untuk menyebut hasil
belajar siswa yang telah direncanakan dengan sengaja. Tujuan-tujuan yang
dirumuskan akan mengarah pada pertanyaan utama “What should students know, understanding, and be able to do?” (Apa
yang harus diketahui, dipahami, dan dapat dilakukan oleh siswa?) (Wiggins &
Mc Tighe, 2005). Tujuan sangat penting dalam pengajaran, sebab pengajaran merupakan tindakan yang
disengaja dan beralasan (Anderson & Krathwohl, 2001).
Berikut hal-hal penting yang
harus diketahui guru terkait asesmen (Popham, 2011):
- Asesmen dapat mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa,
- Asesmen dapat memonitoring perkembangan siswa,
- Melalui asesmen guru dapat menetapkan nilai siswa,
- Melalui asesmen dapat diketahui efektivitas pembelajaran,
- Asesmen dapat menciptakan persepsi publik mengenai efektivitas pembelajaran,
- Asesmen dapat digunakan untuk mengevaluasi guru,
- Asesmen dapat mengklarifikasi tujuan pembelajaran guru.
Sebelum kita memulai bahasan
bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran yang baik, ada empat pertanyaan menyangkut
masalah pendidikan, pengajaran,dan proses belajar yang menjadi dasar pijakan
kita dalam merumuskan pembelajaran dalam sebuah taksonomi, diantaranya
(Anderson & Krathwohl, 2001):
1. Pertanyaan tentang tujuan pembelajaran: “Apa
yang perlu dipelajari oleh siswa dari belajar di sekolah dan ruang kelas dalam
waktu yang terbatas?”.
2. Pertanyaan
tentang aktivitas: “ Bagaimanakah rencana dan pelaksanaan pembelajaran yang
dapat menghasilkan level-level belajar yang tinggi bagi banyak siswa?”.
3. Pertanyaan tentang Asesmen: “Bagaimanakah guru
memilih atau merancang instrumen-instrumen dan prosedur-prosedur asesmen yang
meghasilkan informasi akurat mengenai seberapa bagus hasil belajar siswa?”.
4. Pertanyaan tentang interelasi semua komponen
pembelajaran: “Bagaimanakah guru yakin bahwa tujuan, aktivitas pembelajaran,
dan asesmennya saling bersesuaian?
Tujuan pembelajaran dapat
merefleksikan tingkatan belajar, yaitu penguasaan (mastery) dan pengembangan (development) pengetahuan. Penguasaan
pengetahuan umumnya fokus pada hal
esensial yang harus dikuasai siswa agar dapat melanjutkan level pembelajaran
selanjutnya. Sementara Pengembangan terfokus pada hasil pembelajaran yang lebih
kompleks dimana siswa diharpkan dapat menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
pada berbagai tingkatan yang berbeda.
Interelasi kognitif taksonomi Anderson (2001)
Kategorisasi proses kognitif dan dimensi pengetahuan
pada Taksonomi Anderson (2001)
Enam proses kognitif yang
terdapat dalam taksonomi Anderson dapat membantu guru untuk merumuskan tujuan
pembelajaran. Berikut kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif:
1.
Mengingat
Mengingat merupakan
menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat
merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan
agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat
hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan
sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif: mengenali (recognizing) dan
mengingat (recalling).
1.1
Mengenali (Recognizing): mencakup proses
kognitif untuk menarik kembali
informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat membandingkan dengan informasi
yang baru. Contoh: siswa dapat menyebutkan nama alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur diameter kelereng.
1.2 Mengingat (Recalling): menarik
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dengan menggunakan
petunjuk yang ada. Contoh: Pada saat disajikan mendefinisikan bunyi Hukum
Newton II.
2.
Memahami
Mengkonstruk
makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan
(interpreting), memberikan contoh (exemplifying),
mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),
menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan
menjelaskan (explaining).
2.1 Menafsirkan (Interpreting): Menafsirkan dapat dengan mengubah
dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari dari
kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau
sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat
parafrase. Contoh: Membuat grafik berdasarkan data percobaan.
2.2 Memberikan contoh (Exemplifying): Memberikan
contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep
dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.
Contoh: Siswa dapat memberikan contoh benda-benda yang mengalami perlambatan.
2.3 Mengklasifikasikan (Classifying): Mengenali
bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk
dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki
suatu benda atau fenomena. Contoh: pada saat disajikan beberapa grafik
kinematika, siswa diminta menentukan jenis gerak yang sesuai.
2.4 Meringkas (Summarizing): membuat suatu
pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari
sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu
informasi dan meringkasnya. Contoh: Meringkas sebuah laporan penelitian terbaru
mengenai hukum kekekalan energi mekanik.
2.5 Menarik inferensi (Inferring): menemukan
suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh: memprediksikan
perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data
perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir.
2.6 Membandingkan (Comparing): mendeteksi
persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua obyek atau lebih. Contoh: membandingkan
Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Melingkar Beraturan (GMB).
2.7 Menjelaskan (Explaining): mengkonstruk
dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu system. Contoh: menjelaskan penggunaan
lampu pijar pada siang hari akan mengurasi efisiensi energi.
3. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan
mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas.
Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.
Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan
prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing)
dan mengimplementasikan (implementing).
3.1 Menjalankan (Executing): menjalankan
suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang
diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila
langkah-langkah tersebut benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Contoh:
menghitung jumlah gamet dengan 2, 6, dan 17 sifat beda.
3.2 Mengimplementasikan (Implementing): memilih
dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
Contoh: Setelah menentukan besar konstanta pegas melalui percobaan, siswa dapat
menentukan besarnya nilai konstanta pengganti pada suatu rangkaian pegas
campuran.
4. Menganalisis
Mengalisis
dapat berupa menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga
macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan (differentiating),
mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
4.1 Menguraikan (differentiating): menguraikan
suatu struktur dalam bagian-bagian berdasarkan relevansi, fungsi dan penting
tidaknya. Contoh: Siswa dapat menguraikan komponen-komponen gaya yang bekerja
pada sebuah balok yang berada pada bidang miring.
4.2 Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi
unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait
satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu. Contoh: Siswa dapat
mengorganisir bagian-bagian dari motor listrik.
4.3 Menemukan pesan tersirat (attributting): menemukan
sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi. Contoh: Siswa
dapat mengatribusikan perkembangan motor listrik yang dikembangkan oleh Ampere
dan Faraday.
5. Mengevaluasi
Membuat suatu
pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses
kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan
mengritik (critiquing).
5.1 Memeriksa (Checking): Menguji
konsistensi atau kekurangan suatu karya
berdasarkan kriteria internal
(kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut).
Contoh: Memeriksa apakah
kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.
5.2
Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya
baik kelebihan maupun
kekurangannya, berdasarkan
kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan
hipotesis sesuai atau tidak
(sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi
oleh pengetahuan dan cara pandang
penilai).
6. Mencipta
Menggabungkan
beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif
yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning),
dan memproduksi (producing).
6.1 Membuat (Generating): menguraikan
suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang
mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.
6.2 Merencanakan (Planning): merancang suatu
metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian
percobaan untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.
6.3 Memproduksi (Producing): membuat suatu rancangan
atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain
(atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.
Asesmen
terhadap tujuan-tujuan pembelajaran dari dimensi pengetahuan berupa Pengetahuan
Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif tidak akan terpisahkan dari
dimensi proses kognitif. Untuk itu kita perlu menyertakan bagaimana
pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat digunakan dengan beragam proses kognitif.
Perumusan Tujuan
Sebuah rumusan tujuan pembelajaran, sesuai dengan taksonomi yang
dikembangkan Anderson, mengklasifikasikan tujuan-tujuan yang terdiri dari satu
kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja (verb)
mendeskripsikan jenis ‘perilaku’ yang
ingin dikuasai siswa, sementara kata benda (noun)
mendeskripsikan jenis ‘pengetahuan’ yang ingin dicapai. Contoh sebuah tujuan
pembelajaran yang memuat dua dimensi pengetahuan yang jelas.
Ada dua alternatif cara dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, yaitu membuat rumusan pembelajaran dan kemudian memetakan ke
dalam matriks, atau dapat juga memetakan tujuan yang ingin dicapai ke dalam
matrik terlebih dahulu baru diikuti membuat rumusan pembelajaran secara rinci.
Berikut contoh perumusan tujuan yang diikuti pemetaan
dalam matriks taksonomi: Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah “Siswa dapat menggunakan Hukum Kekekalan
Energi pada konteks yang tepat”. Kata ‘menggunakan’ merupakan kata lain
dari mengiplementasi, dalam hal ini mengimplementasikan merupakan dimensi
proses koginif level 03 (C3). Sementara ‘Hukum Kekekalan Energi’ merupakan
jenis pengetahuan kontekstual. Kemudian kita sesuaikan dengan tabel Taksonomi
pendidikan, maka tujuan pendidikan kita berada pada tanda yang diceklis merah
Pernyataan tujuan pembelajaran (objectives) harus memiliki sifat yang dapat diukur (measurable) pada akhir pembelajaran,
jika tidak maka guru tidak akan dapat menentukan keberhasilkan proses
pembelajaran yang telah kita laksanakan. Asesmen adalah tonggak yang dapat
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir mereka.
Untuk penjelasan lebih lengkap lagi mengenai taksonomi Anderson (Revisi Bloom), sebaiknya kamu kupas sendiri isi buku ini. Selain lebih tajam dan mendetail, kamu juga akan disuguhkan kasus-kasus sederhana yang dapat menambah wawasan kamu sebagai seorang calon instruktur. Dan lebih mudahnya lagi, sekarang bukunya sudah terbit dalam bahasa Indonesia (2001-2010 merupakan waktu yang panjang untuk bisa menikmati buku ini dalam bahasa Indonesia). Bisa dibilang ini buku wajibnya anak pendidikan. Selamat membaca!
Sumber:
- Anderson, W., L. Krathwohl (Editor), (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asessmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Wiggins, G., & McTighe, J. (2005). Understanding by Design (2nd ed.). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
- UCONN. (tanpa tahun). Asessment Primer: Goals, Objectives and Outcomes. [Online]. Tersedia: http://www.assessment.uconn.edu/primer/goals1.html (diakses pada tanggal 25 April 2014, pukul: 09.17 WIB).
- UCONN. (tanpa tahun). Asessment Primer: Writing Instructional Objectives. [Online]. Tersedia: http://www.assessment.uconn.edu/primer/objectives1.html (diakses pada tanggal 25 April 2014, pukul: 17.04 WIB).
No comments:
Post a Comment